Sejarah mencatat, Indonesia pernah mengalami suatu krisis yang teramat
menyedihkan yaitu krisis moneter ditahun 1997. Ekonomi Indonesia jatuh pada
saat itu. Yang menyedihkan adalah efek dari krisis yang terjadi hampir dua
tahun tersebut membawa duka yang teramat dalam. Indonesia kesulitan mengatur
ulang tatanan ekonomi. Meski begitu bubruk,tapi Indonesia bisa melaluinya.
Krisis sosial yang merusak tatanan kehidupan masyarakat bangsa juga terlihat
dimana banyaknya terjadi perang saudara. Tidak tanggung-tanggung, korban jiwa
pun berjatuhan. Belum lagi, krisis yang terjadi dikalangan remajanya
yakni seringnya terjadi tawuran antar pelajar. Inipun juga merupakan krisis
pendidikan dimana lembaga yang bertugas untuk mendidik anak bangsa gagal dalam
memperbaiki tatanan sosial. Aksi teror yang kerap terjadi juga tak luput
menjadi sorotan. Namun, seiring meningkatnya kekuatan hukum, semuanya menjadi
semakin baik.
Krisis moralitas bangsa juga turut menjadi perhatian, video porno sangat
mudah didapatkan. Konsumsi obat terlarang pun juga merebak. Sangat begitu
disayangkan, banyak remaja bahkan anak-anak dibawah umur ikut menjadi bagian
tersebut. Kasus demi kasus yang membuat kepala geleng-geleng pun karap ada diliputan
media. Krisis yang beitu parah, sedangkan negara yang paling liberal sekalipun
seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan australia mensyaratkan usia
minimum 18 atau 21 tahun untuk memiliki barang haram tersebut dengan
menunjukkan KTP atau SIM yang sah.
Semua itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang dialami
Indonesia saat ini, yaitu “KRISIS KETELADANAN” seperti yang disampaikan Dr.
Muhammad Syafii Antonio, M.Ec. Krisis yang terbesar saat ini dan bahkan
terbesar di dunia. Krisis ini jauh lebih dahsyat dari krisis energi, kesehatan,
pangan, ekonomi, transportasi, air dan yang lainnya. Karena dengan Absennya
pemimpin yang memberikan keteladanan, pemimpin yang visioner, kompeten dan
memiliki integritas tinggi maka masalah air, konservasi hutan, kesehatan,
pendidikan, sistem peradilan, dan yang lainnya akan semakin parah. Akibatnya,
semakin hari biaya pelayanan kesehatan semakin suiit terjangkau, manajemen
trnsportasi semakin amburadul, pendidikan semakin kehilangan nurani.
Jika melihat lagi kondisi bangsa saat ini, maka semakin sakit saja hati ini.
Betapa tidak, partai penguasa yakni Partai Demokrat yang dulu mengampanyekan
anti korupsi sebagai ikonnya sekarang malah hangatnya diberitakan
media. Mulai dari As’ad Syam, kasus tipikor pembangunan PLT diesel sungai
bahar, Jambi. Yusran Aspar,mantan bupati panajam juga terkena kasus tipikor .
Sarjan Tahir, kasus tipikor hutan mangrove. Ismunarso, bupati Situbondo. Yusak
Yaluwo, bupati Boven Diegol. Amrun dulay dan sampai Nazaruddin terpidana
tipikor wisma atlet ini membeberkan sejumlah nama petinggi kader demokrat yang
juga terlibat. Walhasil, Angelina Sondakh wakil sekjend PD pun sekarang
menjadi penghuni Rutan. Bahkan seorang mentri bangsa ini yang mengundurkan diri
juga dikabarkan terlibat kasus tipikor, siapa lagi kalau bukan Andi
Malarangeng.
Keteladanan buruk pun juga ditampilkan oleh seorang bupati Garut, Aceng HM
Fikri. Seorang pemimpin yang memberikan contoh yang tidak baik kepada
masyarakat, sehingga semakin menambah penderitaan ibu pertiwi. Disisi lain,
begitu banyak artis yang juga terlibat kasus yang notabenenya itu merupakan
tindakan yang tidak patut sebab mereka adalah publik figur yang harusnnya
memberikan keteladanan. Inilah wajah bangsa yang saat ini mengalami krisis
keteladanan.
Solusi
Jika melihat begitu parahnya krisis bangsa ini, maka perlu dilakukakan
perbaikain dan pemeliharaan. Perbaikan yang dimaksud adalah bagaimana
setiap insan mampu mengembalikan apa-apa yang menjadi keburukan menjadi
kebaikan sebab hakikatnya manusia dulunya terlahir sebagai insan yang suci.
Maka benar bahwa insan yang mampu memberikan contoh terbaik yaitu Nabi Muhammad
SAW, yang jelas-jelas memberikan keteladanan seorang pemimpin. Jika kita
melihat teori yang disampaikan oleh Stephen Covey tentang konsep kepemimpinan.
Ini menarik untuk dipelajari dan diajarkan.
Fungsi kepemimpinan yang dikembangkannya menekankan bahwa seorang pemimpin
harus memiliki empat fungsi, yaitu Perintis (Pathfinding), Penyelaras
(aligning), Pemberdaya (empowering) dan tahap puncak yakni Panutan (Modeling).
Fungsi Perintis (pathfinding), Fungsi ini ditemukan pada diri Muhammad SAW
yakni beliau telah berhasil melakukan langkah dalam mengajak umat manusia
kejalan yang benar. Muhammad SAW berhasil membangun suatu tatanan sosial yang
modern dengan memperkenalkan nilai-nilai kesetaraan universal, semangat
kemajemukan dan multikulturalisme, rule of law dan sebagainya.
Fungsi penyelaras (aligning) berkaitan dengan bagaimana pemimpin
menyelaraskan keseluruhan sistem dalam organisasi agar mampu bekerja dan saling
sinergis. Sang pemimpin harus memahami betul apa saja bagian-bagian dalam
sistem organisasi, kemudian menyelaraskan bagian-bagian tersebut agar
sesuai dengan strategi untuk mencapai visi yang telah digariskan.
Fungsi pemberdayaan (empowering) berhubungan dengan upaya pemimpin
untuk menumbuhkan lingkungan agar setiap orang dalam organisasi mampu
melakukan yang terbaik dan selalu memiliki komitmen yang kuat. Pemimpin harus
memahami sifat pekerjaan atau tugas yang diembannya.
Fungsi panutan (Modeling) mengungkap bagaimana agar pemimpin dapat menjadi
panutan bagi anggotanya. Bagaimana dia bertanggungjawab atas tutur kata, sikap,
perilaku dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Sejauh mana dia mampu
mengerjakan apa yang dikatakannya.
Jika kesemua fungsi telah diperbaiki, maka tahap selanjutnya adalah
pemeliharaan (Hifzh). Tahap pemeliharaan ini meliputi pemeliharaan agama
(hifzhu al-ddin), memelihara jiwa (hifzhu al-Nafs), memelihara keturunan
(Hifzhu Al-nashl), memelihara harta (Hifzhu al-mal) dan memelihara akal (Hifzhu
al-‘aql).
Prinsip-prinsip inilah yang diakomodir dalam memperbaiki dan memelihara diri
untuk mengatasi krisis keteladanan. Tahap awal adalah menyiapkan sebanyak
mungkin calon pemimpin bangsa yang akan meneruskan kepemimpinan. Sebab sangat
sulit jika ingin merubah secara langsung kepemimpinan yang ada. Oleh sebab itu,
generasi muda harus memiliki karakter pemimpin karenasejatinya kita adalah
pemimpin.
Wallahu a’lam bisshowab…
Haitami
Presiden PARTAI PAS 2012 - 2013