Seluruh
penjuru nusantara bergemuruh dengan sholawat semenjak awal bulan rabiu’ul awwal
kemaren. Tanggal 12 rabi’ul awal, merupakan puncak peringatan hari bersejarah
tersebut dan akan berlanjut sampai lepasnya bulan Rabi’ul awwal, begitu
masuknya rabi’ul akhir maka nuansa akan kembali seperti semula. Begitu
bahagianya sambutan kaum muslimin akan hari kelahiran insanul kamil yang satu
ini. Tentunya ada sesuatu hikmah yang ada di dalamnya.
Hari
senin tanggal 12 rabi’ul awal adalah hari bersejarah, dimana sosok yang
menggemparkan dunia lahir pada hari tersebut. Tak ayal, Michel heart memasukkan
daftar nama Muhammad sebagai orang no. 1 berpengaruh di dunia. Namun peringatan
terhadap hari kelahiran beliau menjadi fenomena yang menarik untuk dikaji.
Kelahiran
beliau yang bertepatan dengan 20 April tahun 571 M tersebut pertama kali
dirayakan oleh beliau sendiri. Benarkah? Jika kita melihat sejarah, para
sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah, mengapa beliau puasa hari senin. Lantas
beliau pun menjawab,
فِيهِ عَلَىَّ أُنْزِلَ أَوْ بُعِثْتُ وَيَوْمٌ فِيهِ وُلِدْتُ يَوْمٌ
ذَاكَ
artinya”hari
tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunknnya wahyu
untukku”. Sekali lagi, beliau juga memperingati hari kelahiran beliau dengan
berpuasa dihari di mana beliau dilahirkan. Esensi dari perayaan tersebut dalam
rangka memperkuat hubungan hablum minallah.
Apa makna dari peringatan Maulid?
Jika
kita kaitkan dengan fenomena yang ada, perayaan yang dilakukan diseluruh
penjuru nusantara tersebut harus mampu meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Habib Zen Bib Smith, ketua Rabithah Adawiyyah pusat Jakarta mengatakan dalam
tausyiahnya bahwa umat Islam harus berani keluar dari frame perayaan. Perayaan
mauled bukan sekedar perayaan, akan tetapi bagaimana kita berusaha untuk
meneladani beliau.
Esensi
dari perayaan tersebut pada hakikatnya mampu meningkatkan kualitas iman kita.
Umat Islam dituntut untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Peneladanan kepribadian Rasulullah harus dibarengi dengan
kecerdasan. Jangan sampai membabi buta, sebab jika dikaji lagi kepribadian
Rasulullah tersebut, maka beliau
memilliki 3 kepribadian. Yang pertama, kepribadian seorang Rasul.
Sebagaimana yang kita ketahui, segala ucapan dan perbuatan nabi murni datangnya
dari Allah semata. Allahlah yang kemudian mengatur semua tingkah laku beliau.
Maka kebenarannya adalah bersifat mutlak. Sehingga kita seharusnya meniru
segala perilaku yang beliau ajarkan kepada umat. Peneladanan tersebut pu harus
teremplementasikan pada perilaku kita sehari-hari.
Kepribadian
yang kedua adalah sebagai Mufti. Disini Rasulullah bertindak sebagai orang yang
membuat hukum. Hukum-hukum yang telah ditentukan juga mutlak adanya karena
bersumber dari Allah. Tidak ada keraguan didalamnya. Posisi ini masih pada
koridor yang merupakan suatu kebenaran. Apapun ketetapan-ketetapan yang dibuat
wajib kita patuhi. Hukum yang dibuat akan menjadi hujjah semua umat.
Sedangkan
yang ketiga adalah kepribadian sebagai seorang hakim. Tentunya sisi-sisi
kemanusiaan beliau diuji. Meskipun dalam pengawasan Allah dan malaikat Jibril,
namun sisi manusiawi lebih berperan. Jika saja terdapat kasus, dan rasulullah
kemudian bertindak sebagai hakim, maka siapa saja yang pandai berkilah, atau
belum bisa dibuktikan kejahatannya atau tidak adanya saksi ditempat kejadian
maka dia akan lepas dari hukum yang ada. Sisi inilah yang menjadi perhatian
untuk umat.
Kembali
kepada hakekat perayaan mauled nabi, meskipun esensinya adalah meneladani
segala perilaku rasulullah, tentunya dibarengi dengan kecerdasan. Kita tahu
jika sekarang adalah masa keilmuan, masa intelektualitas, masa peradaban kaum
beradab. Oleh karena itu, meneladani perilaku rasulullah harus dibarengi dengan
kecerdasan. Jika peneladan tanpa dibarengi kecerdasan maka bisa berbahaya.
Sebagai
contoh sejarah juga berbicara bahwa Rasulullah suka sekali makan paha daging
kambing. Ini adalah sisi kemanusiaan rasulullah, sekali lagi ini adalah sisi
manusia. Jika kita seorang yang berpenyakit kolesterol kemudian mencontoh
beliau dengan mengkonsumsi paha daging kambing sebanyak mungkin, maka bisa
berakibat fatal.
Titik Kebangkitan Umat
Umat
Islam harus cerdas dalam bertindak dan bertindak dalam kecerdasan. Perayaan
akan kelahiran Rasulullah harus menjadi titik bangkit untuk perbaikan moral
bangsa. Dimana bangsa kita diterpa dengan badai yang sangat dahsyat yakni
moralitas. Hal yang menyebabkan lagi-lagi karena bangsa ini mengalami krisis
keteladanan. Para public figure lebih banyak memberikan contoh yang tidak baik,
meskipun disisi lain masih banyak yang baik. Sayangnya, justru yang tidak baik
inilah yang menjadi sorotan media dan membeberkan semua kejelekan para teladan.
Momentum
titik balik tersebut dimulai dari sekarang. Kembalinya public figure umat islam
ini, menjadi langkah positif untuk dilestarikan. Saat dimana sang idola
pemuda-pemudi adalah artis-artis, maka pemuda-pemudi Islam meneladani sosok
Rasulullah sebagai orang yang paling baik didunia ini. Harusnya sebagai seorang
muslim bersyukur bahwa kekaguman kita kepada sosok Rasulullah meliputi dua hal.
Yakni kekaguman saat sejarah mencatat kepribadian Muhammad sebelum menjadi nabi
dan setelah menjadi nabi. Akan berbeda jika kita kagumi dari sisi seorang
Michel Heart, dimana aspek yang dikaguminya hanya satu yakni perjalan hidup
seorang Muhammad saja karena dibatasi dengan keyakinan.
Oleh
karena itu, peneladanan Rasulullah tidak sebatas bulan Rabi’ul awal saja,
melainkan peneladanan tersebut bersifat kontinu atau berkelanjutan. Dengan
menerapkan konsep peneladanan tersebut, maka moralitas dapat diperbaiki.
Wallahua’lam bisshowab…
Haitami
Presiden PAS 2012-2013